ekonomi brunei darussalam

Kecil-kecil cabai rawit, itulah julukan yang mungkin bisa diberikan kepada Brunei Darussalam. Maklum, meskipun negara ini tergolong kecil karena hanya berluas wilayah 5.765 kilometer persegi. Jangan salah, meski kecil, Brunei termasuk dalam jajaran negara terkaya di Asia Tenggara dan dunia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB).

Mengutip data Global Finance Megazine pada 2021 lalu, mereka masuk peringkat 10 negara terkaya di dunia. PDB per kapita negara yang dipimpin oleh Hassanal Bolkiah ibni Omar Ali Saifuddien III ini tembus US$27.466,34 atau sekitar Rp407 juta pada 2020 lalu, hanya berselisih dua peringkat dengan Amerika Serikat yang Rp942 juta. Lalu, bagaimana sebenarnya Brunei bisa sekaya itu?

Pendapatan Negara Brunei

Mengutip berbagai sumber, Brunei bisa kaya raya karena kekayaan alam minyak mentah dan gas alam. Mengutip ASEAN Climate Change and Energy Project, Brunei Darussalam memiliki cadangan Liquefied Natural Gas (LNG) terbesar kesembilan di dunia serta produsen minyak terbesar keempat di Asia Tenggara.

Minyak bumi serta gas menyumbang 95 persen dari total ekspor Brunei Darussalam. Sejarah industri minyak di Brunei dimulai pada 1899 ketika sumur eksplorasi pertama dibor di dekat ibu kota Brunei Town.

Kemudian disusul dengan penemuan minyak bumi di Seria, Distrik Belait pada 1929 dan serangkaian penemuan komersial yang berujung pada ekspor minyak pertama Brunei pada 1932. Brunei Shell Petroleum (BSP) merupakan produsen minyak terbesar di Brunei dan menyumbang sekitar 90 persen dari pendapatan minyak dan gas Brunei. BSP merupakan perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Brunei Darussalam dan grup perusahaan Royal Dutch/Shell.

Berdasarkan data CEIC, produksi minyak Brunei mencapai puncaknya pada 1979 dengan lebih dari 500 ribu barel per hari.  Pada dekade 1970-an, PDB Brunei melonjak hingga mencapai puncaknya di US$5,7 miliar pada 1980 akibat mendapatkan topangan dari lonjakan harga minyak.

Sistem Yang Memanjakan Rakyatnya

Karena kondisi itu, pemerintah memanjakan rakyatnya dengan menyediakan semua layanan medis dan mensubsidi makanan dan perumahan. Namun setelah itu, sedikit demi sedikit kejayaan itu menurun. Hal itu dipicu penurunan harga minyak.

Selain itu, kebijakan penurunan produksi minyak untuk memperpanjang umur cadangan minyak dan meningkatkan tingkat pemulihan juga menjadi penyebabnya. Setelah kebijakan pemangkasan produksi ditempuh, rata-rata produksi minyak Brunei turun ke 154.805 barel per hari sepanjang 1960 sampai 2021.

Kesadaran yang meningkat di Brunei Darussalam akan semakin menipisnya sumber daya alam di negara tersebut membuat pemerintah melakukan diversifikasi ekonomi dari ketergantungan berlebih pada minyak dan gas.

Mereka menggenjot investasi di sektor lain, memperkuat sektor perbankan dan pariwisata demi menjaga ekonomi mereka tetap berkelanjutan. Agar bisa mengalir deras, banyak insentif yang mereka gelontorkan. Untuk perusahaan baru yang memenuhi kriteria tertentu sebagai perintis, Brunei akan menggratiskan pajak penghasilan dan keuntungan selama lima tahun.

Baca Juga : Hal Yang Membuat Perekonomian Singapura Sangat Maju

Padahal, tarif pajak penghasilan badan normal adalah 30 persen. Selain itu, tidak ada pajak penghasilan pribadi atau pajak keuntungan modal. Selain itu, Brunei juga tidak membatasi kepemilikan ekuitas asing, meski partisipasi lokal, baik modal bersama maupun manajemen, dianjurkan.

Namun, agar kepentingan dalam negeri mereka terlindungi, pemerintah Brunei melakukan beberapa pengaturan. Misalnya, perusahaan publik harus memiliki minimal tujuh pemegang saham. Perusahaan swasta harus memiliki minimal dua tetapi tidak lebih dari 50 pemegang saham. Setidaknya setengah dari direktur di sebuah perusahaan harus penduduk Brunei.

Pemerintah mereka juga mengatur penggunaan tenaga kerja asing karena khawatir akan mengganggu masyarakat Brunei. Pengaturan salah satunya berkaitan dengan izin kerja untuk orang asing yang hanya dikeluarkan hanya untuk jangka pendek dan harus terus diperbarui. Kebijakan ini dilakukan demi menjaga lapangan kerja bagi penduduk Brunei.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *