Kesempatan perdagangan di Kamboja sangat besar. Indonesia dan Kamboja menikmati skema Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memungkinkan perdagangan bebas dan investasi di kawasan.
Kamboja merupakan sahabat lama Slot777 Online Indonesia. Selain sama-sama sebagai anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN, negeri di semenanjung Indochina ini telah berhubungan erat dengan Nusantara sejak abad ke-8. Sayang, minimnya pengetahuan mengenai Kamboja kontemporer menghalangi berbagai potensi kerja sama kedua negara.
“Indonesia selalu ada dalam hampir semua peristiwa bersejarah Kamboja. Selama 30 tahun, kita terlibat dalam proses mendamaikan perang Kamboja-Vietnam tahun 1979 dan mendampingi berbagai proses pemberdayaan Kamboja di kawasan,” kata Duta Besar Indonesia untuk Kamboja Sudirman Haseng dalam telewicara pada Rabu (24/8/2022).
Apabila ditarik ke belakang, hubungan Nusantara-Champa sudah terjalin sejak zaman Dinasti Syailendra di Kerajaan Mataram dan Dinasti Jayawarman II dari Kerajaan Angkor. Pemahaman ini kemudian dikaburkan sejarah kelam Kamboja, yakni periode 1975-1979 ketika negara itu dikuasai rezim Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot. Kekuasaan berdarah ini mengorbankan jiwa seperempat rakyat Kamboja sebelum terguling akibat Perang Kamboja-Vietnam.
Baca Juga : Beberapa Negara Yang Bangkrut Karena Jebakan Hutang China
“Sampai sekarang, persepsi bangsa Indonesia terhadap Kamboja masih tersangkut di masa Khmer Merah hampir 50 tahun lalu. Padahal, Kamboja kini stabil dan pesat pembangunannya,” kata Sudirman.
Bahkan, ia berargumen Kamboja merupakan saingan terberat Indonesia di ASEAN dalam menarik investasi asing. Padahal ukuran negara ini sepersepuluh Indonesia dan jumlah penduduknya hanya 15 juta jiwa.
Hal ini karena inflasi di negara tersebut tidak pernah melejit drastis. Contohnya, setelah dua tahun pandemi Covid-19, perkiraan inflasi tahun 2023 adalah 2 persen. Pendapatan domestik bruto tahun 2022 Kamboja naik 23 persen. Sebelum pandemi, pertumbuhan ekonomi Kamboja 7 persen.
Saat ini, di Kamboja tengah berjalan 63 proyek besar dan strategis dengan 43 persen modal berasal dari investasi asing, yaitu China. Dari total investasi asing sebesar 2,99 miliar dollar Amerika Serikat, sebanyak 1,9 miliar dollar AS di antaranya ditanam oleh China.
“Kita juga kalah dari Malaysia. Ada enam slot777 bank Malaysia yang beroperasi di Kamboja bersamaan dengan bank-bank dari negara-negara Barat. Indonesia belum melirik prospek ini,” ucapnya.
Komoditas
Secara statistik, di atas kertas, ekspor Indonesia ke Kamboja rendah. Neraca perdagangan kedua negara periode Januari-Juni 2022 hanya 390,69 juta dollar AS. Mayoritas adalah ekspor Indonesia, yaitu 367,54 juta dollar AS. Adapun impor hanya 23,15 juta dollar AS. Pada 2021, neracanya 580,42 juta dollar AS.
Ekspor Indonesia ke Kamboja meliputi batubara, tembakau, permesinan, obat-obatan, barang konsumen, dan kertas. Sementara dari Kamboja, kita mengimpor pakaian jadi, sepatu, karet, dan beras. Hal ini karena berbagai jenama internasional banyak memproduksi pakaian dan aksesoris di Kamboja.
Namun, kenyataan di Kamboja, produk Indonesia ada di mana-mana. Mi instan dan rokok dari Indonesia bisa ditemukan di kedai-kedai di pinggir jalan maupun di warung-warung makan. Di pasar swalayan, terdapat produk keripik, permen, dan coklat dari Indonesia.
“Ini karena penetrasi barang Indonesia sejatinya tinggi, tetapi barang-barang ini diimpor Kamboja dari Vietnam dan Thailand. Jadi, statistik Indonesia mencatat ekspor ke Vietnam dan Thailand yang tinggi, padahal komoditas itu mereka jual ke Kamboja,” papar Sudirman.
Kendala lain, lanjut Sudirman, ialah Kamboja belum memiliki pelabuhan laut dalam sehingga kapal-kapal kargo dari luar negeri tidak bisa merapat. Kamboja, Vietnam, dan Thailand dihubungkan oleh Sungai Mekong yang memungkinkan aliran komoditas lancar karena memakai kapal tongkang.
Saat ini, Kamboja tengah gencar melakukan pembenahan infrastruktur. Pelabuhan di Sihanoukville diperbesar dan diperdalam. Mereka juga membangun jalan-jalan tol antarkota yang diperkirakan beroperasi penuh per tahun 2024.
“Pariwisata juga mulai dibuka kembali. Gara-gara pandemi, penerbangan langsung Jakarta-Phnom Penh ditutup. Harapannya, nanti juga dibuka lagi,” tutur Sudirman. KBRI Phnom Penh membaca minat warga Kamboja untuk berpesiar ke Indonesia meningkat karena keragaman tujuan wisata di Tanah Air.
Insentif
Menurut Sudirman, kesempatan perdagangan di Kamboja sangat besar. Indonesia dan Kamboja menikmati skema Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memungkinkan perdagangan bebas dan investasi di kawasan. Apalagi, Kamboja juga memberi sejumlah insentif. Warga asing bisa memiliki aset 100 persen di Kamboja.
Mengenai pangsa pasar, Sudirman menuturkan, ada celah di barang-barang kelas menengah. Di Kamboja, produk dari Barat harganya mahal. Sebaliknya, produk dari China sangat murah tetapi tidak terlalu bermutu.
Indonesia bisa mengambil celah produk yang bagus dengan harga terjangkau. Bahkan, ada dua waralaba swalayan lokal yang mendatangi KBRI Phnom Penh dan mengemukakan keinginan menambah produk Indonesia di gerai mereka. Produk usaha mikro, kecil, dan menengah untuk produk wastra Nusantara juga memiliki pangsa pasar besar karena warga Kamboja juga menyukai kain tradisional.
“Selain itu, ada kesempatan di sektor energi bersih karena Kamboja berkomitmen pada tahun 2040 bisa memproduksi listrik 7.000 megawatt dari sinar matahari,” ujarnya.
Kamboja ingin mengembangkan sektor pertanian yang masih sangat tradisional. Mereka ingin meningkatkan teknologi produksi, logistik, dan pengolahan produk turunan. Ada pula kesempatan kerja bagi sumber daya manusia berkeahlian.
“Semuanya diurus melalui KBRI ataupun Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Bukan lewat media sosial karena rawan penipuan dan kejahatan,” kata Sudirman, mengungkit kasus 500 warga negara Indonesia yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang di Kamboja.